KONSULTAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Selamat datang di webblog's Arsidi2008 web ini memuat berbagai artikel tentang Teknologi Informasi dan Ilmu yang berkaitan dengan Perpustakaan.saya juga bisa diajak sharing tentang perpustakaan sekolah.via telp/emai:arsidi_76@plasa.com/CP.081578955394

Selasa, 23 Desember 2008

perpustakaan online

Anda dapat mengakses dan melihat beberapa perpustakaan online di:
Perpustakaan Digital UI
Perpus Digital BATAN
Digital Perpus Brawijaya
Perpus Pusat Unikom
Perpus Online UGM
ITS Library Digital
Perpus STIE MCE
Lingkungan Hidup
Teknik Industri ITB
UMS Digital Library
Airlangga Library
DigiLib AMPL
ITB Central Library
Pendidikan NonFormal
Perpustakaan DikNas
www.library.sman1teladan-yog.sch.id

Minggu, 02 November 2008

user education

PENDIDIKAN PEMAKAI (USER EDUCATION)



A. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan
suatu unit yang mempunyai peran strategis dalam mendukung kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya bagi sekolah adalah sebagai salah satu unit penunjang kegiatan pembelajaran. Perpustakaan merupakan pusat dan sumber belajar serta sarana pembelajaran yang mempunyai tugas pokok dalam penyediaan, pengelolaan, dan pelayanan informasi bagi pengguna di lingkungan sekolah.

Dengan perannya yang
sangat strategis, perpustakaan perlu didukung oleh kemampuan teknik-teknik yang efesien dan efektif dalam penggunaan sarana (layanan) perpustakaan untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pemakainya, karena kemampuan mencari informasi tidak kalah pentingnya dengan informasi itu sendiri. Permasalahannya bahwa ternyata masih banyak siswa yang belum tahu atau bahkan tidak mempunyai pengetahuan dasar teknik penggunaan perpustakaan yang dibutuhkannya. Mereka belum pernah mengenal pendidikan pemakai perpustakaan (user education), dan metode pembelajaran di kalangan guru pun tidak mengarah kepada penggunaan perpustakaan yang efektif dan efesien.

Permasalahan ini sekarang menjadi bertambah berat dengan adanya perkembangan pengetahuan yang semakin cepat. Suatu sisi para siswa, bahkan ada sebagian
guru, belum memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menggali informasi yang ada di perpustakaan. Di sisi lain pertumbuhan pengetahuan semakin cepat seiring perkembangan teknologi dan informasi.

Melihat gambaran efektivitas penggunaan sarana penelusuran hasil penelitian yang
pernah dilakukan oleh seorang penulis dalam “Profil Sumber Informasi Perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001”, menunjukkan bahwa 58.5% pemakai perpustakaan tidak pernah menggunakan katalog dalam pencarian informasi di perpustakaan, dan 39.4% yang kadang-kadang menggunakan dan kadang-kadang juga tidak. Pertama, mereka tidak tahu sama sekali fungsi alat bantu tersebut ; kedua, mereka tahu tetapi buku di rak tidak cocok dengan nomor panggil kartu ( keadaan buku tidak sesuai dengan urutan nomor klas) akibat ulah pemakai lain yang tidak tahu fungsi urutan “call number” pada buku dan kartu ; ketiga, mereka merasa lebih cepat melakukan “browsing” ke rak buku karena jumlah buku masih sedikit.

Kesimpulan
dari penelitian itu menyatakan bahwa perlunya pembudayaan pendidikan pemakai perpustakaan sejak dini sebelum mereka memasuki sekolah, agar mereka mempunyai bekal dalam memanfaatkan sarana perpustakaan secara efektif dan efesien. Pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan perpustakaan secara efektif dan efesien ini akan dijadikan pegangan dasar ke perpustakaan manapun mereka pergi, mereka dapat dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan.


B. Perubahan Prilaku Pengguna Perpustakaan

Hakikat prilaku pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan seseorang.[1] Pendapat lain mengatakan bahwa prilaku adalah penampilan yang ditetapkan dalam suatu kejadian yang secara kebetulan dapat berfungsi untuk penguatan (reinforcement). Prilaku ini dapat dipelihara/ dipertahankan dalam periode yang cukup lama.[2]

Reinforcement artinya sesuatu yang diperkuat atau dipergunakan atau yang selalu diingat kembali. Dali Gulo seperti yang dikutip Sukardi mengatakan bahwa reinforcement ialah tindakan memperkuat dengan menambah sesuatu; setiap keadaan yang memperbesar kemungkinan suatu respons tertentu akan muncul kembali dalam situasi yang sama; dalam operant conditioning, merupakan prosedur eksperimental untuk segera menyertai sebuah respons dengan sebuah reinforcement dengan tujuan untuk memperkuat respons tersebut.[3]

Dalam kaitan ini maka perubahan prilaku dapat dilakukan melalui reinforcement kepada si subyek belajar yang dalam kesempatan kali ini adalah para pemakai perpustakaan di kalangan siswa madrasah aliyah yang mencari buku sumber ajar atau informasi sesuai dengan kebutuhan pembelajarannya.

Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya dalam konteks pandangan behaviorisme, kita dapat menyatakan bahwa praktik pendidikan itu pada hakikatnya merupakan usaha conditioning ( penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola-pola prilaku (seperangkat response) tertentu.[4] Sehingga keberadaan pendidikan pemakai bagi para siswa madrasah aliyah (pengguna perpustakaan) diharapkan dapat menghasilkan pola-pola prilaku prestasi belajar (achievment) dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap ( penghayatan) dan keterampilan (pengamalan) dalam menggunakan sarana perpustakaan secara efektif.

Indikator-indikator atau manifestasi dari perubahan dan perkembangan prilaku tersebut bisa berupa:
a. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan.
b. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi (sumber belajar), sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.
c. Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau koleksi lainnya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.
Ragam prilaku yang ingin diperoleh sebagai hasil belajar tersebut meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan Bloom yang mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni: kognitif, afektif dan psikomotor.[5]

Apakah arah ( positif, negatif, atau meragukan ) dari perubahan dan perkembangan itu serta kualifikasinya ( tinggi, sedang, rendah atau gagal/berhasil, memadai, tidak memadai, lulus atau tidak lulus, memuaskan atau tidak memuaskan, dapat diterima atau tidak, berdasarkan perangkat kriteria yang telah ditetapkan) jelas akan bergantung pada faktor (conditioning, pendidikan) di samping faktor (siswanya, pelajar).[6] Kontribusi pengaruh pendidikan pemakai pada penelitian kali ini secara teoritis akan mencoba melihat dari segi atau aspek apa yang diharapkan oleh pendidikan pemakai perpustakaan tersebut untuk setiap jenjangnya.

C. Kompetensi Informasi Pemakai Perpustakaan

Tidak dapat dipungkiri, bagaimanapun perpustakaan merupakan jantungnya sebuah lembga pendidikan. Perumpamaan perpustakaan sebagai sebuah jantung bagi suatu institusi pendidikan adalah mengidentifikasikan bahwa keberadaan perpustakaan begitu sangat penting dan berperan sekali untuk menunjang proses pendidikan, belajar mengajar dan penelitian. Oleh karenanya, para pemakai perpustakaan dituntut agar menguasai berbagai kompetensi informasi ( pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat menggunakan atau memanfaatkan berbagai fasilitas perpustakaan dengan efektif), terlebih dengan adanya ledakan informasi dan tuntutan kurikulum pada era globalisasi ini. Dalam hal ini Davies mengatakan, “learning how to use library is a basic component of ... (any) instructional programs”.[7]

Lebih jauh lagi Rice berpendapat dalam buku Teaching Library Use, bahwa:
“Education has always included a commitment to strong library collection and some instruction in its use. Morever, in recent years more and more educators and librarians at all levels have decided that every citizen should have basic skill in library research. The need for quick and current information is becoming perpasive in every human endevor. Students who don’t acquire essential library use competencies are now more likely to consider it major shortcomng in thier education.”[8]

Kesimpulannya adalah terampil menggunakan perpustakaan merupakan suatu hal yang perlu dipelajari, seperti yang dinyatakan oleh Tan Ngee Tiang bahwa “the ability to acquire these information skills, however are not innate. It must be conciously acquired”.[9]

Untuk mengetahui materi dan tujuan apa saja yang ingin dicapai dalam proses pendidikan pemakai ini, kita bisa melihat tingkatan atau jenjang pendidikan pemakai sebagaimana yang diklarifikasikan oleh Rice (1981).

1. Orientasi Perpustakaan.
Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain:
- Pengenalan Gedung Perpustakaan.
- Pengenalan Katalog dan Alat Penelusuran lainnya.
- Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar.

Tujuan yang ingin dicapai:
Ø Mengenal fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri.
Ø Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara tepat.
Ø Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui komputer, layanan peminjaman, dll.
Ø Mengenal kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam-jam layanan perpustakaan, dll.
Ø Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Ø Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan.
Ø Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemakai dengan pustakawan.


2. Pengajaran Perpustakaan.
Materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara lain:
- Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.
- Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan masing-masing jurusan.
- Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.

Tujuan yang ingin dicapai:
Ø Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan artikel.
Ø Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.
Ø Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat.
Ø Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedi Britanica dan Who’s Who.
Ø Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.
Ø Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.
Ø Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

3. Pengajaran Bibliografi.
Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun karya akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui kuliah formal sebagai bagian dari perkuliahan, baik ada nilai kreditnya atau tidak.

Materi yang ingin dicapai antar lain:
- Informasi dan pengorganisasiannya.
- Tajuk subyek, “Vocabulary Control” dalam penelitian, dan definisi suatu topik penelitian.
- Macam-macam sumber untuk penelitian.
- Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya penelitian.
- Teknik-teknik membuat catatan dalam penelitian.
- Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.
- Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan perpustakaan.
- Membuat/menulis karya ilmiah.

D. Metode dan Teknik Pendidikan Pemakai Perpustakaan

Ada berbagai macam metode dan media untuk melaksanakan program-program pendidikan pemakai. Memilih metode dan media mana yang paling cocok tergantung kepada situasi belajar-mengajar itu sendiri, jadi tidak ada sebuah metode yang paling cocok untuk menunjang semua kegiatan pendidikan pemakai ini.

Kosterman menyarankan bahwa suatu metode pengajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.
2. dapat membuat siswa tertarik untuk memperhatikan dan memotivasi mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan.
3. dapat mendorong siswa untuk ambil bagian dengan menolongnya mempersiapkan pelajaran – pelajaran.
4. dapat ditindaklanjuti.
5. dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektivitas metode tersebut melalui indikator-indikator yang jelas.[10]

Sementara itu Hills seperti yang dikutip Fjallbrant menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode dan media pengajaran untuk pendidikan pemakai perpustakaan ini, antara lain:
1. Motivation
Pengajaran harus memberikan suatu motivasi yang tinggi, misalnya ketika siswa ingin menemukan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau pelajaran tertentu.
2. Activity
Kerja aktif dalam pembelajaran pemecahan masalah akan kelihatan lebih efektif daripada hanya sekedar menyebutkan atau menjelaskan suatu rangkaian pekerjaan.
3. Understanding
Pendidikan pemakai akan lebih efektif jika siswa memahami apa dan kenapa mereka mengerjakan hal demikian, jika hal ini merupakan permasalah yang baru dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
4. Feedback
Umpan balik atau informasi perkembangan yang dibuat harus tersedia bagi para siswa.[11]

Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pendidikan pemakai , untuk keperluan penelitian kali ini pembahasan dibatasi hanya pada topik orientasi perpustakaan. Teknik-teknik tersebut antara lain: Ceramah atau Kuliah umum di Kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan Tugas Mandiri, Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet.

1. Ceramah atau Kuliah umum di Kelas

Penejelasan mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat diberikan di kelas dengan cara memberikan ceramah atau kuliah secara umum atau melalui demonstrasi. Idealnya jumlah peserta perkelas kurang lebih antara 15-30 orang. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam metode ini para peserta diberikan beberapa tugas terstruktur dan latihan yang memungkinkan mereka mampu menggunakan perpustakaan secara mandiri. Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat dilakukan dengan metode wisata perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia perpustakaan yang sebenarnya.

2. Wisata Perpustakaan

Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain:
- Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.
- Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.
- Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal: penggunaan katalog.
- Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.
- Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.
- Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama mengikuti wisata perpustakaan tersebut.

3. Penggunaan Audio Visual

Teknik ini biasanya dilakukan untuk wisata mandiri perindividual (perorangan), di antaranya adalah penggunaan kaset, televisi, slide, dll.

Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset.

Orientasi perpustakaan dapat juga dilakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan mengenai berbagai hal, seperti: fasillitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing.

Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara.

4. Permainan dan Tugas Mandiri

Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemakai perpustakaan usia anak Sekolah Dasar dan Menengah. Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih dapat menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya metode ini dilakukan di tingkat lebih tinggi untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin ada ketika proses pembelajaran dengan metode lain berlangsung.

5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet

Teknik ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri mengenal perpustakaan melalui berbagai keterangan yang ada pada buku panduan atau pamflet, dan biasanya diterapkan ketika peserta melaksanakan wisata perpustakaan.

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan ketika membuat buku pedoman atau pamflet untuk keperluan pendidikan pemakai ini, antara lain:
- Buatlah bahan tersebut sesingkat mungkin.
- Harus membuat pemakai jelas dalam melakukan hal yang berkenaan dengan penggunaan perpustakaan.
- Membuat pemakai kraetif.
Membuat langkah yang sederhana, dengan demikian pemakai dapat selangkah demi selangkah mencoba untuk memparaktekkannya di perpustakaan.


Daftar Pustaka

Bloom, Benjamin S., (1981). Taxonomy of Educational Objective, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman.
Davies. R.H. and Stimberling, (1973). Lifelong Education and the School. Hamburg: UNESCO Institute for education.
Fjallbrant, Nancy, (1978). User education libraries. London: Clive Bingley.
Kosterman, Wayne. (1978). “A Guide to library environment graphics.” Library Technology Reports. 14 (May-June 1978): 269-95
Makmun, Abin Syamsudin, (2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Martin, Garry and Joseph Pear, (1992). Behavior Modification. New Jersey: Prentice Hall.
Rice, James, (1981).Teaching Library Use: A Guide for library Instruction. London: Greenwood Press.
Sukardi, Dewa Ketut, (1983). Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Tan Ngee Tiang, (1996). Promotion Information Skill in Primary School. Article in Proceeding Paper in CONSAL. Kuala Lumpur: CONSAL Authority Board and Authors.


* Pustakawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
[1] Martin, Garry and Joseph Pear, (1992). Behavior Modification. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 3
[2] Pervin, Lawrence A. and Oliver F. John, (1997). Personality Theory and Research. USA: John Wiley & Son inc. Hal. 322-323.
[3] Sukardi, Dewa Ketut, (1983). Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 23.
[4] Makmun, Abin Syamsudin, (2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Hal. 27.
[5] Bloom, Benjamin S., (1981). Taxonomu of Educational Objective, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman. Hal. 7
[6] Makmun, Abin Syasudin, (Op.Cit). Hal. 28
[7] Davies. R.H. and Stimberling, (1973). Lifelong Education and the School. Hamburg: UNESCO Institute for education. Hal. 39
[8] Rice, James, (1981).Teaching Library Use: A Guide for library Instruction. London: Greenwood Press. Hal. 3
[9] Tan Ngee Tiang, (1996). Promotion Information Skill in Primary School. Article in Proceeding Paper in CONSAL. Kuala Lumpur: CONSAL Authority Board and Authors.
[10] Diterjemahkan dari Kosterman, Wayne. (1978). “A Guide to library environment graphics.” Library Technology Reports. 14 (May-June 1978): 269-95.

[11] Terjemahan bebas dari Fjallbrant, Nancy, (1978). User education libraries. London: Clive Bingley. Hal. 33

Senin, 15 September 2008

TATA RUANG, PERABOT DAN PERLENGKAPAN

PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan dari mulai tingkat sekolah dasar sampai
Sekolah menengah umum telah menjadi kebijakan pemerintah yang harus
diwujudkan sebaik-baiknya. Salah satu upaya untuk peningkatan mutu
pendidikan sebagai mana disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tersurat
bahwa setiap satuan pendidikan jalur sekolah baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Salah
satu sumber belajar yang sangat penting adalah perpustakaan, dari mulai
tenaga kependidikan, peserta didik maupun staf penyelenggara sekolah
memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk memperdalam pengetahuan
dengan membaca bahan pustaka yang diperlukan baik yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan maupun sekedar untuk hiburan.
Sebagaimana kita tahu bahawa pepustakaan tidak hanya sebagai
sumber belajar yang sangat penting, perpustakaan juga berfungsi sebagai
pusat belajar mengajar, pusat informasi, pusat penelitian sederhana dan
pusat rekreasi. Perpustakaan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, mendayagunakan dan menyebarluaskan bahan pustaka kepada
guru, siswa dan tenaga administrasi.
Namun sangat kita sadari bahwa peran penting perpustakaan ini belum
merupakan prioritas utama baik dari pihak sekolah maupun pemerintah
karena perpustakaan sekolah yang ada sekarang belum dapat dikatakan
memadai dari sisi sarana maupun prasarana termasuk gedung/ruang
perpustakaan dan perlengkapannya. Untuk dapat sedikit mengatasi kendalakendala
yang ada dan memaksimalkan fungsi perpustakan perlu direncanakan
pengaturan tata ruang dan perlengkapan perpustakaan dengan baik.
Suatu perpustakaan bukan hanya menyediakan ruang kemudian
mengisi dengan koleksi yang diatur berdasarkan suatu system tertentu
serta siap dipinjamkan tetapi letak perpustakaan, bentuk ruang, penataan
perabot dan perlengkapan, alur petugas dan pengguna, penerangan dll perlu
perhatiankan oleh penyelenggara pepustakaan.

PENGERTIAN GEDUNG/RUANG, PERABOT DAN PERLENGKAPAN
1. Gedung/ruangan perpustakaan
Gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya
diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Disebut gedung
apabila merupakan bangunan besar dan permanent, terpisah dari gedung lain
sedangkan apabila hanya menempati sebagian dari sebuah gedung atau hanya
sebuah bangunan (penggunan ruang kelas), relative kecil disebut ruangan
perpustakaan.

2. Perabot perpustakaan
Perabot perpustakaan adalah sarana pendukung atau perlengkapan
perpustakaan sekolah yang digunakan dalam proses pelayanan pemakai
perpustakaan dan merupakan kelengkapan yang harus ada untuk
terselenggaranya perpustakaan.

Yang termasuk dalm perabot/perlengkapan perpustakaan antara lain :
a. Rak buku
b. Rak majalah
c. Rak surat kabar
d. Rak atlas dan kamus
e. Papan peraga / pameran
f. Laci penitipan tas
g. Lemari catalog
h. Lemari multi media
i. Lemari Arsip
j. Meja dan kursi sirkulasi
k. Meja dan kursi baca
l. Meja dan kursi pegawai
m. Kereta buku, barang
n. Tangga beroda

3. Peralatan perpustakaan
Peralatan perpustakaan adalah barang-barang yang diperlukan secara
langsung dalam mengerjakan tugas/kegiatan di perpustakaan. Yang termasuk
dalam perlengkapan perpustakaan antara lain :
a. buku pedoman perpustakaan
b. Buku klasifikasi
c. Kartu catalog
d. Buku Induk
e. Kantong buku
f. Lembar tanggal kembali
g. Label
h. Cap inventaris
i. Cap perpustakaan
j. Bak stempel
k. Kartu pemesanan
l. Mesin ketik/Komputer
m. ATK
n. Selotip
o. Lem dll.

PENENTUAN LOKASI GEDUNG/RUANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Penentuan lokasi perpustakaan sekolah agar dapat maksimal
pemanfaatannya dan tujuan mendukung proses belajar mengajar tercapai
harus dapat memenuhi criteria diantaranya :
a. Berada ditempat yang luas tanahnya memungkinkan dilakukannya
perluasan pada masa yang akan dating, sesuai dengan perkembangan
perpustakaan
b. Berada dalam lingkungan bangunan sekolah dan berkedudukan di pusat
kegiatan sekolah
c. Merupakan gedung/satu ruangan utuh yang tidak bergabung dengan
ruangan lain
d. Mudah dicapai oleh pemakai, sehingga pemakai tidak membuang-buang
waktu secara sia-sia
e. Cukup tenang dan aman untuk menghindari dari gangguan suara keras
dan kegaduhan

ALOKASI GEDUNG/RUANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Perpustakaan pada umumnya minimal memiliki 4 (empat) macam
ruangan diantaranya :
- Ruang koleksi buku (rak-rak buku)
1 rak (1 sisi, 5 susun, lebar 100 cm) dapat memuat 115-165 buku
eksemplar buku dan jarak antar rak 100-110 cm. Jadi dapat dihitung
berapa kebutuhan luas ruang yang diperlukan untuk menempatan rak dan
dapat disesuaikan dengan bahan pustaka yang dimiliki. Hal ini pun perlu
dipertimbangan untuk tahun-tahun yang akan datang. Atau berdasarkan
buku standar gedung dan perabot perpustakaan sekolah yang dibuat
Perpusnas bahwa rumus menentukan luas ruangan adalah
Jumlah judul x jumlah eksemplar buku x 1 m2
Populasi siswa
- Ruang baca
Dari beberapa pedoman bahwa untuk siswa diperkiraan
memerlukan tempat 1 m2 yang dapat secara keseluruhan diambil sekitar
20-30 % populasi siswa.
- Ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang Staf
Untuk melakukan aktifitas pengadaan dan pengolahan buku luas
ruangan tergantung berapa jumlah pengelola perpustakaan diperkirakan
setiap petugas memerlukan 2,5 m2.
- Ruang sirkulasi
Ruang ini dipergunakan untuk melayani siswa dalam peminjaman
dan pengembalian buku, ruang yang diperlukan minimal cukup untuk
meletakan meja sirkulasi dan perlengkapan lainnya.

PEMBAGIAN RUANG MENURUT FUNGSI
Menurut fungsinya pembagian persentase untuk masing-masing ruang
adalah sebagai berikut ;
- untuk perpustakaan dengan system tertutup
• areal untuk koleksi 45 %
• areal untuk pengguna / siswa 25 %
• areal untuk staf 20 %
• areal untuk keperluan lain 10 %
- untuk perpustakaan dengan system terbuka
• areal koleksi dan pengguna 70 %
• areal untuk staf 20 %
• areal untuk keperluan lain 10 %
Yang termasuk dalam areal koleksi adalah ;
- areal buku rujukan, bahan ajar
- areal majalah, surat kabar/ kliping
- areal kolekai non buku
Sedangkan yang termasuk areal pengguna adalah ;
- areal peminjaman
- areal baca yang bercampur dengan koleksi
- areal catalog perpustakaan
- areal fotocopy
- areal baca perorangan / studi carel
- areal pameran
Yang termasuk areal staf :
- areal pengadaan, pengolahan
- areal kerja pimpinan
- areal computer pengolahan
- areal tata usaha/administrasi
- areal makan
- gudang buku dan perlengkapan

BENTUK RUANG
Bentuk ruang yang paling efektif adalah bentuk bujur sangkar, karena paling
mudah dan fleksibel dalam pengaturan perabot apalagi bila rak buku yang
dimiliki banyak dan lalu lintas yang ramai. Bentuk ini juga paling baik dan
mudah dalam pengaturan pencahayaan/ penerangan

TATA RUANG
Merencanakan tata ruang harus didasari dengan hubungan antar
ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan
dan pengawasan. Lihat contoh.
Penempatan perabotan perpustakaan diletakan sesuai dengan fungsi
dan berdasarkan pembagian ruang diperpustakaan sebagai contoh :
- lobi
lemari penitipan barang, papan pengumuman dan pameran, kursi tamu,
meja dan kursi petugas
- ruang peminjaman
meja dan kursi sirkulasi, kereta buku, lemari arsip, laci-laci kartu
pengguna, jika sudah otomosi maka computer , bacode reader dan
kursi petugas.
- ruang koleksi buku
rak buku baik dari satu sisi atau dua sisi, kereta buku, tangga beroda
- ruang baca
meja kursi baca kelompok, perorangan ( studi karel) dan meja kamus
- ruang administrasi
meja kursi petugas, lemari arsip, mesin ketik, computer, pesawat
telpon, kereta buku, lemari buku dsb.

PENERANGAN, VENTILASI SERTA PENGAMANAN
Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah
membaca atau membuat silau. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari sinar matahari langsungserta memilih jenis yang dapat
memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat dengan kebutuhan,
misalnya :
- lampu pijar : memberikan cahaya setempat
- lampu TL/PL/Fluorescent : memberikan cahaya yang merata
- lampu sorot ; memberi cahaya yang terfokus pad obyek tertentu
Ventilasi dalam perpustakaan harus diperhatikan selain untuk petugas
juga diperlukan untuk bahan pustaka. Ada 2 macam system ventilasi :
- Ventilasi pasif
Ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angina atau
jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah
angin local. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding
persyaratan dan fasilitas ruang (10 % dari luas ruang yang
bersangkutan). Bila menggunkan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya
rak tidak ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan
terhindar dari sinar matahari langsung.
- Ventilasi aktif
Ventilasi aktif adalah menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu
menggunakan AC ( Air Conditioning). Karena temperature dan
kelembaban ruang perpustakaan yang kontans maka dapat menjaga
keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka,
pandang dengan dan computer.

PENGAMANAN
Untuk menjaga keamanan perpustakaan perlu antisipasi bila terjadi
sesuatu seperti kebakaran, bencana alam, hama dll.
- Kebakaran
Penempatan jalam darurat kearah luar pada tempat-tempat
strategis yang mudah dicapai
Pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar
Penyediakan alat-alat pemadam kebakaran
Alat pendeteksi kebakaran ( alarm system)
- Gempa bumi, angina topan, air hujan, banjir dan petir
Perencanaan ketinggian permukaan lantai dasar lebih tinggi dari
pada tanah disekitar bangunan
System drainasi pembuangan air hujan jangan menimbulkan
genangan pada halaman perpustakaan
Perencanaan bangunan tahan gempa
Memasang system penangkal petir terutama pada bangunan
bertingkat
- Hama
Pemilihan bangunan yang tahan hama
Mengurangi celah-celah kecil pada bangunan yang dapat
dijadikan rumah tikus
Memberikan suntikan anti rayap disekeliling bangunan
- Pencurian bahan pustaka
System perencanaan satu pintu keluar masuk
Peletakan lubang/jendela untuk ventilasi dilakukan pada tempat
yang sullit dijangkau

PENGGUNAAN RAMBU-RAMBU
Rambu-rambu dalam perpustakaan selain untuk memperindah ruangan
juga membantu pengguna menemukan dan memanfaatkan koleksi dan
fasilitas perpustakaan secara maksimal. Rambu-rambu dibuat dalam bentuk
tulisan, symbol ataupun gambar.
Contoh rambu didalam perpustakaan seperti symbol atau tulisan “
meja informasi”, “ Penitipan Barang “, ‘ Harap Tenang” atau “Dilarang
merokok”. Dalam mendesain rambu di perpustakaan perlu memperhatikan
huruf, hendaknya huruf yang sederhana mudah dibaca dari jauh dengan
ukuran yang proposional. Kata-kata yang digunakan juga harus yang singkat
lugas, informasi secukupnya dan konsisten. Didalam penempatan ramburambu
perpustakaan biasanya menggunakan metode digantung diplafon
diatara rak, ditempel didinding atau perabot, ditempatkan berdiri diatas
lantai atau perabot perpustakaan.

Windows Vista

Windows Vista adalah nama dari versi terbaru Microsoft Windows, sistem operasi berbasis grafis dari Microsoft yang digunakan pada komputer pribadi (PC), baik untuk pengguna rumahan maupun bisnis, pada komputer laptop, maupun media center.
Sebelum diumumkan dengan nama Windows Vista pada 22 Juli 2005, sistem operasi ini lebih dikenal dengan codename Longhorn (berasal dari nama Longhorn Saloon, sebuah bar terkenal di Whistler, British Columbia, Kanada).
Microsoft meluncurkan Windows Vista pada 8 November 2006 untuk pengguna bisnis, dan 30 Januari 2007 untuk pengguna rumahan. Dengan demikian, peluncuran Windows Vista ini berjarak lebih dari lima tahun sejak peluncuran Windows XP pada 25 Oktober 2001.

Perpustakaan Elektronik Masa Depan

Electronic Library (Perpustakaan Elektronik) merupakan perpustakaan masa depan. Karena itu, perlu dirancang untuk mendekatkan ke arah itu. Tidak ada satu pun perpustakaan di dunia yang mampu menghimpun sekaligus menyimpan semua bahan pustaka tercetak yang terbit di bawah satu atap.
Alasannya sangat sederhana. Perpustakaan mengandung arti makna kerja sama. Bentuk kerja sama ini bermacam-macam, mulai dari yang mudah sampai kompleks, serta dari berbiaya murah hingga tinggi.
"Yang penting kerja sama ini tetap diperlukan agar semua bahan pustaka dalam koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin secara lintas sektoral," kata Kepala Perpustakaan Nasional RI Dady Rahamanta di depan peserta Seminar Nasional ''Peranan Pendidikan dan Pelatihan Terbuka/Jarak Jauh Dalam Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah'' di Surabaya baru-baru ini.
Pengembangan Electronic Library, menurutnya, harus diawali dengan mengembangan SDM yang ada di perpustakaan di bidang Information and Communica-tion Technology. Berbagai pendidikan instruksional mengenai bibliografi yang dikembangkan sebagai sara-na pelaksanaan berbagai layanan rujukan tradisional, semakin diyakini sebagai suatu mekanisme yang efektif untuk memberikan pemahaman kepada pelajar dan mahasiswa mengenai aneka layanan dan sumber daya yang ada di perpustakaan dalam era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan program-program bibliografi, perpustakaan menyiapkan ruangan yang secara khusus dirancang untuk internet, serta pengalihan dana dari pengadaan bahan pustaka tercetak ke dalam pustaka elektronik.
''Perubahan model ruang kelas gaya ceramah yang sifatnya tradisional ke ruang kelas elektronik gaya laboratorium tidak terus berkembang, sehingga tidak hanya terjadi di perpustakaan,'' katanya. Ruang elektronik bisa juga disebut sebagai ruang kelas komputer, ruang kelas dengan perlengkapan media, laboratorium media. Kerja sama perpustakaan sudah waktunya dilakukan dalam menunjang ''sistem belajar jarak jauh''.
Sistem Nasional Perpustakaan di Indonesia, terdiri dari Perpustakaan Umum, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Nasional RI.
Perpustakaan Nasional ini membina Perpustakaan Nasional Depdiknas dan Pusat Pembinaan Perpustakaan daerah.
Pangkalan Data Nasional memiliki koleksi deposit nasional, koleksi eks perpustakaan Museum Nasional, Koleksi Manuskrip Nusantara, dan Data Koleksi Indonesia di luar negeri. Semuanya bisa diakses dengan menggunakan Virginia Tech Library System.
Kerja sama antarperpustakaan bisa dilakukan melalui jaringan on-line maupun off-line. (029)